Dalang Muda Diajab Lestarikan Wayang Purwa Gagrak Pesisiran Lasem
https://www.cbfmrembang.com/2016/08/dalang-muda-diajab-lestarikan-wayang.html
Ki Kartono generasi terakhir dalang wayang purwa gagrak pesisiran Lasem belum miliki kader penerus
Lasem-Generasi
akhir dalang wayang purwa gagrak pesisiran khas Lasem terdata tinggal empat orang dimana semuanya telah lanjut usia, menyisakan Ki
Sahir Desa Jolotundo, Ki Ramelan Desa
Doropayung, Ki Priyo dan Ki Kartono
Desa Sendangasri yang semuanya berada di Kecamatan Lasem. Upaya pengkaderan belum tersentuh sehingga
dikhawatirkan punah lantaran tak
ada lagi yang sanggup memainkannya.
Dunia pakeliran wayang selama ini dikenal ada
lima gagrak terdiri Surakarta dan Yogyakarta
(Mataraman), Banyumasan, Pesisiran Tegal, Pesisiran/Lasem serta Jawa Timuran. Kemunculannya tak lepas dari
perkembangan budaya dan hubungan antar daerah di
masa lampau dimana masing-masing
membawa ciri khas tampilan sifat kedaerahan yang diterapkan
dalam permainan alat-alat gamelan/karawitan berikut pada permainan wayang.
saling berbeda.
Dari jenis wayang yang dimainkan pada gagrak pesisiran Laseman sambung pensiunan Kepala TU UPT Dinas Pendidikan Sluke yang purna tahun 2010
silam dijelaskan perpaduan antara wayang golek
dan wayang kulit pada lazimnya.
Pagelaran berlangsung sebagaimana pakeliran wayang pada umumnya, dengan pakem babon kisah Mahabharata dan
Ramayana serta lakon carangan yang
diciptakan tetap menginduk/merujuk dua naskah induk
tersebut.
tersebut.
Ayah dua anak dan kakek satu cucu yang mulai mendalang tahun 1971 terangkan wayang golek atau biasa disebut benthingan dimainkan pada
jejeran pertama/pembukaan pakeliran atau
penghantar lakon yang dimainkan,
ditutup penghantar yang disampaikan tokoh golek cantik. Selanjutnya menggunakan wayang kulit biasa sampai
berakhirnya lakon yang dibeber
oleh dalang, hanya saja pada penutupan pagelaran kembali ditampilkan wayang golek cantik menyampaikan filosofi
hidup dari isi lakon.
Ki Kartono ungkapkan keunikan gagrak pesisiran Laseman terletak pada irama gending maupun tembang yang dimainkan niyaga dan sinden berbasis
nada slendro, merupakan salah satu kekhasan yang
umumnya tidak terdapat pada gagrak
lain. Permainan wayang, karawitan, dan vokal cenderung menampilkan warna dan suasana yang sendu,
romantis dan juga sedih sembari
dikatakan sejak tahun 93an sampai sekarang sudah jarang menerima job mendalang hingga dikhawatirkan punah jika
tak dilestarikan.
Disinggung ilmu mendalang gagrak peisisran Laseman baik dari generasi pertama sampai dengan dirinya, Ki Kartono akui belajar secara otodidak
dalam semua hal yang melingkupinya. Adapun untuk
jenis dan bentuk wayang yang
dimainkan memang dibuat mengacu dalang sepuh generasi pertama bahkan dia mewarisi golek cantik dari
pendahulunya Ki Gunadi dari Desa
Selopuro Kecamatan Lasem, sekaligus mendapat gemblengan memainkan gagrak pesisiran yang selanjutnya
menggantikan gurunya tersebut
terjun mendalang.
Perlahan tapi pasti upaya regenerasi telah dimulai Ki Kartono, diutamakan pada pelestarian memainkan gendhing melalui pelatihan
karawitan ditujukan warga setempat mulai
anak-anak hingga dewasa, seminggu
satu kali untuk anak-anak diajarkan di SDN Sendangasri adapun
ibu-ibu dan remaja serta bapak-bapak bertempat di salah satu rekannya masih satu desa yang memiliki gamelan laras slendro. Sedangkan pelestarian dalang dia mengajukan tantangan kepada generasi penerus yang berprofesi sama supaya memiliki niat dan minat menggelutinya.
ibu-ibu dan remaja serta bapak-bapak bertempat di salah satu rekannya masih satu desa yang memiliki gamelan laras slendro. Sedangkan pelestarian dalang dia mengajukan tantangan kepada generasi penerus yang berprofesi sama supaya memiliki niat dan minat menggelutinya.
Kepada SKPD terkait Ki Kartono berharap supaya wayang purwa gagrak pesisiran laseman diperhatikan supaya tak punah dengan cara sering
ditampilkan pada even perayaan hari besar
berkaitan seni dan budaya. Jika
menerima job permintaan perseorangan dipatok harga antara Rp15-20
juta namun bila Pemkab yang meminta tampil
dibanderol di bawah Rp10 juta,
dengan durasi pagelaran sekira empat jam.
Terpisah Ketua Forum Komunitas Masyarakat Sejarah (Fokmas) Lasem, Ernantoro sebutkan pihaknya tak semata berkecimpung pada penelitian
dan penyelamatan situs-situs kepurbakalaan saja
tetapi juga peduli dengan seni
budaya khas Lasem terasuk wayang purwa gagrak pesisiran Lasem. Hanya saja lantaran keberadaannya baru diketahui
sekira sebulan silam tentu akan
digali data empiriknya terlebih dahulu untuk landasan keilmiahannya
dalam upaya pelestarian termasuk guna perencanaan penampilannya di depan publik.
Toro sapaan akrabnya sampaikan informasi yang telah diperoleh diketahui wayang purwa gagrak pesisiran Lasem mulai muncul tahun
1950an, sering dimaikan empat dalang generasi
pertama terdiri Ki Sarpan Desa
Ngopoh Kecamatan Pancur, Ki Teger Desa Karangturi Kecamatan Lasem, Ki Wiryo Desa Megal Kecamatan Pamotan
dan Ki Rus Desa Babagan Kecamatan
Lasem. Pagelaran wayang saat itu dimulai pukul 21.00 sampai 05.00 pada hajatan warga atau sedekah bumi.
Lanjut Toro generasi kedua meliputi Ki Darmadi Desa Babagan, Ki Pangkat Joyo Warsito Desa Karangturi, Ki Gunadi Desa Selopuro, Ki
Kastari Desa Jolotundo, Ki Soeradji Desa
Sumbergirang dan Ki Kusmen Desa
Gedongmulyo kesemuanya di Kecamatan Lasem dan telah berpulang. Penerusnya tersisa Ki Sahir Desa Jolotundo, Ki Ramelan
Desa Doropayung,
Ki Priyo dan Ki Kartono Desa Sendangasri yang semuanya berada di Kecamatan Lasem. (heru budi s)
Reaksi: |
Post a comment